Home » » Managemen Reproduksi Pada Sapi

Managemen Reproduksi Pada Sapi

Program manajemen reproduksi pada sapi terdiri dari beberapa hal yaitu : pengaturan kelahiran sapi, pengaturan pasca kelahiran anak sapi, pengaturan pejantan, pengetahuan deteksi birahi pada sapi (estrus), pengetahuan tentang kebuntingan dan kelahiran pada sapi.
Anak Sapi

A. PENGATURAN KELAHIRAN SAPI
Tujuan dari usaha ternak pada umumnya adalah untuk mendapatkan produksi ternak secara maksimal. Dengan demikian seorang petani hendaknya dapat merencanakan kapan sebaiknya ternaknya melahirkan yang sesuai dengan masa kerja ternak, sehingga tetap ternak tersebut dapat tetap melahirkan 1 tahun sekali.
Perlu diperhatikan pemberian makanan yang baik, karena hubungan anatar reproduksi dan makanan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Tujuan akhir dengan pemberian makanan tersebut adalah untuk mendapatkan ternak pada kondisi yang baik pada 3 bulan setelah melahirkan. Hal ini dapat dicapai apabila sapi-sapi tersebut diberikan makanan cukup dan berkualitas baik.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyediaan makanan sapi antara lain adalah:
  • Pola tanaman rumput musiman
  • Tersedianya limbah pertanian secara musiman
  • Permintaan untuk membajak secara musiman.
Perlu diingat sebaiknya sapi-sapi dikerjakan pada dua bulan pertama dan setelah 8 bulan masa kebuntingan. Dengan menggunakan jadwal masa melahirkan yang bersamaan dengan penyediaan rumput yang baik, petani akan mendapat sapi-sapinya dalam kondisi yang baik pada 3 bulan setelah melahirkan. Hewan-hewan yang kondisinya jelek tidak akan memperlihatkan gejala birahi dan program perkawinan yang telah direncanakan tidak akan terlaksana.

B. PENGATURAN PASCA KELAHIRAN ANAK SAPI
Kandang-kandang sapi potong dalam kondisi baik pun apabila tetap menyusui anaknya tidak memelihara siklus birahinya. Oleh karena itu perlu memisahkan anak sapi dari induknya agar si induk dapat berahi kembali.
Anak-anak sapi yang sudah besar bila tetap disusui akan menyedot zat-zat makanan terlau banyak dari induknya. Jika mereka disapih dari induknya dan hanya diperbolehkan satu kali menyusu dalam satu hari pagi atau sore, kemudian sapi induk akan kembali berahi dan dapat dikawinkan.
Anak sapi muda mudah disatukan kembali dengan induknya hanya bila induk sapi telah bunting lagi. Untuk memberikan makanan tambahan konsentrat bagi anak sapi, dalam keadaan ini menjadi relatif lebih mudah karena kebutuhan makanan yang masih sedikityy dan kira-kira 1/2kg pada umur 3 minggu sampai maksimal 2.7kg/hari pada umur 6 bulan. Tambahan makanan yang cocok dapat dipersiapkan dari daun jagung kuning tumbuk (2bagian), dedak padi(1bagian), satu bagian tepung kacang tanah, kedelai dengan batu kapur halus dan garam dapat ditambahkan sebanyak 1/100 dari berat badan keseluruhan.

C. PEMELIHARAAN PEJANTAN
Masalah-masalah pokok ditemukan pada sapi-sapi pejantan di Indonesia meliputi
(1). Saluran reproduksi yang tidak normal dan kualitas semen yang kurang baik
(2). Tata cara pemeliharaan pejantan yang salah dimana sapi pejantan hanya dikandangkan, tidak diberi kempatan mendekati sapi-sapi betina.
(3). Kekurangan bagi pejantan akan mengurangi besarnya tes-tes dimana hal ini juga akan mengurangi fertilitas.
Jika mengikuti program perkawinan musiman, sapi-sapi pejantan sebaiknya diberi makan secara baik selama bulan November, desember dan Januari dan hendaknya selama musim kawin yaitu bulan-bulan Februari sampai April berada dalam kondisi baik, jika hal ini terpenuhi, maka hendaknya diberikan makanan tambahan kepada sapi-sapi pejantan tersebut pada awal dan selama musim kawin.

UNTUK DIINGAT
Selama musim kawin, sapi-sapi betina harus digembalakan bersama dengan sapi pejantan setiap hari adanya pejantan pada sapi potong betina dapat mempercepat masa kawin sapi-sapi betina tersebut. Jika sapi pejantan diikat terpisah jauh dari sapi-sapi betina, mereka akan kehilangan libido dan sapi-sapi betina tidak memperlihatkan tanda-tanda berahi. Kalau pejantan lama tidak kawin (seperti 1 bulan) mungkin smeburan pertama konsentrasi spermatozoannya sangat rendah sehingga tidak akan menghasilkan kebuntingan. Karena itu lebih baik pejantan kawin dua kali.

D. MENENTUKAN ESTRUS (SAPI BIRAHI)
Ketepatan peternak menentukan waktu birahi (estrus) adalah penting jika induk sapi akan dikawinkan biak secara alam atau kawin suntik. Sapi yang dilepas dilapangan dalam kelompok yang lebih muda diketahui daripada yang tinggal didalam kandang sendiri.
Berikut adalah tanda-tanda sapi birahi sebagai berikut :
  1. Sapi yang dimiliki sapi lain berdiri diam, sedangkan yang menaikinya belum tentu birahi
  2. Vulva sapi betina bengkak, lunak dan kemerah-merahan
  3. Alat kelamin sapi betina sering keluar lendir dan sering menempel pada ekor dan kaki
  4. Terdapat tanda-tanda kerusakan pada kulit dan bulu pada tulang punggung sapi betina, yang diakibatkan sering dinaiki sapi lain
  5. Sapi Betina sering melenguh, gelisah dan sering kencing
  6. Sapi yang berkumpul dalam kelompok kecil dan menaiki teman-temannya

Umumnya sapi menunjukan birahi pada pagi hari dan sore hari, selama satu 1-2 jam

E. KEBUNTINGAN DAN KELAHIRAN SAPI

1. PEMERIKSAAN KEBUNTINGAN SAPI
Pemeriksaan kebuntingan sapi merupakan satu hal yang sangat penting dalam pengelolaan sapi dan dapat digunakan untuk menentukan penyebab terjadinya kegagalan produksi. Pemeriksaan kebuntingan melalui pemeriksaan lewat anus.

2. PERUBAHAN-PERUBAHAN PADA AKHIR KEBUNTINGAN SAPI
Pada saat mendekati kelahiran, secara normal fetus akan berputar ke posisi yang benar, dimana kepala terletak di depan pinggul dan menghadap ke arah cerviks (leher rahim). Dalam posisi ini, pedet dapat melewati saluran kelamin dan tulang panggul hanya dengan sedikit sedikit hambatan kadang-kadang fetus dapat berada pada posisi yang sulit dimana dapat menyebabkan kesulitan melahirkan atau bahkan menyebabkan tertahannya kelahiran. Pada kasus-kasus demikian pertolongan harus dilakukan baik dengan cara melakukan reposisi fetus secara manual pembedahan untuk mengeluarkannya.

3. KELAHIRAN
Pada proses kelahiran terkadang terdapat masalah kesulitan kelahiran, seperti torsio uteri, kelainan hormonal seperti rendahnya hormon oxitocin, rendahnya hormon relaksin dsb. Terkadang juga sapi induk mengalami prolapsus uteri, hypocalsemia, paresis purpuralis dsbnya. Masalah-masalah kelahiran ini akan terjadi lebih parah lagi apabila :
  • Hewan mengalami kekurangan makanan pada awal kebuntingan sehingga pertumbuhan terganggu, terutama ukuran pinggul atau
  • Terlalu banyak makan pada akhir kebuntingan akan mengakibatkan pertumbuhan fetus terlalu cepat yang mengakibatkan ukuran pinggul terlalu kecil dibandingkan dengan ukuran fetus

Beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam membantu mengatasi kesulitan kelahiran pada sapi diantaranya adalah :
  1. Catatan tanggal perkawinan
  2. Sapi induk yang bunting dikandangkan, diberi makanan dan minuman yang baik, diajak latihan jalan-jalan.
  3. Apabila ambing sudah mulai membengkak, sapi betina bunting hendaknya tidak digunakan lagi untuk membajak atau menarik gerobak.

A. TANDA-TANDA MENJELANG KELAHIRAN
Sapi bunting selama 9 bulan, namun ada beberapa peternak yang tidak mencatatat tanggal perkawinan sehingga tidak jarang sebagian hanya mengkira-kira kapan sapi induknya melahirkan. Memang idealnya kelahiran dapat diprediksi dari hasil cacatan perkawinan, namun jika itu tidak ada, maka kita harus memperhatikan tanda-tanda menjelang kelahiran anak sapi, diantaranya adalah :
  1. Putting susu terisi dan air susu dapat diperah
  2. Tulang rusuk naiki
  3. Vulva membengkak 7-9 hari sebelum melahirkan.
  4. Sapi memisahkan diri dari sapi-sapi lainnya.
  5. Pecahnya kuning air pertama yang berisi cairan tipis.
  6. Sapi akan melahirkan sekitar 6 jam setelah pecahan kantung cairan kedua.

B. PERTOLONGAN SETELAH INDUK SAPI MELAHIRKAN
Apabila induk sapi melahirkan anaknya maka bersihkan sisa-sisa kelahiran secepatnya. Pada kelahiran normal, periksalah setelah 24 jam dan usahakan induk sapi untuk mengeluarkan plasenta. Apabila sulit dikeluarkan, tinggalkan dulu, periksa lagi setelah 2 hari dan mintalah bantuan petugas ATR (Asisten Teknik Reproduksi).Apabila sapi induk sakit, maka perlu diberikan antibiotik selama 3 hari. Untuk mengeluarkan plasenta jangan dipaksa dengan menariknya bila perlu tinggalkan 2-3 hari sampai plasenta terlepas. Pada pemeriksaan organ reproduksi, petugas harus memastikan apakah uterus tidak membengkak atau penuh berisi nanah setelah melahirkan. Apabila hal ini terjadi maka perlu diberikan obat-obatan serta usaha untuk mengeluarkan nanah tersebut. Keberhasilan dari proses reproduksi bergantung pada hidup tidaknya pedet yang dilahirkan. Beberapa jam setelah lahir merupakan masa-masa kritis. Hindarkan dari shock akibat dingin yang tiba-tiba dan berikan susu kolustrum secepat mungkin.Sistem kekebalan pada anak sapi belum efektif sehingga untuk mencegah penyakit mereka sangat tergantung sama Antibodi yang terdapat dari kolustrum induknya. Antibodi ini diserap dari usus pedet hanya beberapa lama setelah lahir, kolustrum yang diberikan beberapa hari setelah kelahiran hanya kecil artiny dalam membantu mencegah penyakit 
Demikian reproduksi pada sapi berikut tanda-tanda sapi mau melahirkan dan pertolongan pada induk yang melahirkan pedet, semoga dapat bermanfaat.




0 komentar:

Post a Comment

Support : DMCA Protection | Penyakit Hewan
Copyright © 2013. PENYAKIT HEWAN - All Rights Reserved
Kontak Kami
Template Modify by PENYAKIT HEWAN
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger